Rabu, 12 September 2007

Pembelajaran dalam Ramadhan

PROSEDUR PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN RAMADHAN
Ikhsanudin
Ketua Majlis Pendidikan Kader
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat

Proses pembelajaran bukan dimaksudkan menyuapi para peserta didik dengan berbagai informasi baru. Pada zaman yang teknologi telekomunikasi dan informasi sudah maju, setiap orang dapat memiliki akses yang luas terhadap informasi. Oleh karenanya, paradigma mengajari dan memberikan informasi baru perlu diubah menjadi paradigma membuat peserta didik belajar. Membuat peserta didik belajar berarti menyediakan situasi belajar yang mendukung terjadi pengembangan struktur kognitif mereka. Ringkasnya, yang paling penting adalah memfasilitasi mereka untuk berubah atau mengubah dirinya menjadi lebih baik.
Kata kunci “perubahan” senafas dengan firman Allah innallaaha laa yughayyiru maa bi qoumin hatta yghayyiru maa bi anfusihim ”Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa-apa yang ada di dalam diri mereka.” Jadi, suatu proses pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil kalau belum ada perubahan dalam diri subjek yang belajar itu. Perubahan tidak harus berupa tingkah laku, seperti yang dipersyaratkan oleh para behavioris. Dalam kegiatan Ramadhan, perkembangan mental spiritual, sikap, dan semangat keagamaan jauh lebih penting daripada perkembangan ketrampilan.
Prosedur pembelajaran di dalam kegiatan Ramadhan yang akan dijabarkan di sini dibagi menjadi dua, yaitu: prosedur pemajanan (expose) kepada pengalaman dan prosedur refleksi. Secara lebih terurai dua hal tersebut diterakan di bawah ini.

Pemajanan Kepada Pengalaman
Pemajanan peserta didik kepada pengalaman diutamakan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungan untuk memperoleh pengalaman baru. Pengalaman adalah guru yang paling baik. Dengan mengalami sesuatu, struktur kognitif peserta didik akan berubah.

Tadabur Alam
1. Instruktur menyampaikan tujuan kegiatan, yaitu: memfasilitasi para peserta agar mengamati, mengagumi, dan mensyukuri ayat-ayat Allah.
2. Para peserta mengamati alam semesta, tanaman, sungai, atau yang lain dengan tenang dan dalam suasana keheningan.
3. Pengamatan dilakukan secara individual dan tidak ada komunikasi sesama peserta selama pengamatan berlangsung. Diharapkan dengan kegiatan yang dilakukan secara individual dan penuh keheningan, akan terjadi komunikasi intrapersonal, proses berfikir, bersyukur, dan kekaguman terhadap ayat-ayat qouniyah.
4. Refleksi

Kunjungan ke Makam
1. Instruktur menyampaikan tujuan kegiatan, yaitu: memfasilitasi para peserta untuk mengamati dan berfikir tentang situasi makam agara mereka dapat menyadari bahwa kematian akan datang kepadanya kapan saja dan mereka harus pempertanggungjawabkan pebuatan mereka setelah kematian mereka.
2. Para peserta memasuki makam dengan tertib sesuai syariat yang berlaku. Selanjutnya, mereka mengamati makam dengan tenang dan dalam suasana keheningan. Terakhir, instruktur mengajak mereka berdoa untuk keselamatan kaum msulimin dan muslimat serta agar mereka dapat menjalani kehidupan dengan kepatuhan kepada Allah.
3. Para peserta melakukan ziarah kubur tersebut dengan tenang dan penuh kehidmatan tanpa ada komunikasi sesama peserta selama ziarah berlangsung. Diharapkan dengan kegiatan yang dilakukan secara individual dan penuh keheningan, akan terjadi komunikasi intrapersonal, proses berfikir, bersyukur, dan kekaguman terhadap ayat-ayat qouniyah.
4. Refleksi

Pembacaan Ayat-ayat Suci
1. Dengan bantuan instruktur, para peserta terlebih dahulu memahami bahwa tujuan pembacaan ayat-ayat suci tersebut adalah agar mereka menjadi tenang dan memetik pelajaran dari isi yang dikandung.
2. Seseorang membacakan ayat-ayat Allah dalam Al-quran dengan tartil disertai dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia. Pembacaan keduanya dilakukan dengan bacaan indah dan para peserta dengan tenang, khidmat, dan duduk/berdiri berjauhan satu sama lain. Setelah pembacaan siswa tetap tenang untuk beberapa saat dan tetap dalam pengawasan instruktur.
3. Dengan keheningan dan saling berjauhan diharapkan para peserta didik hanya akan berkomunikasi secara intrapersonal. Dengan tetap hening beberapa saat setelah pembacaan, diharapkan para peserta didik dapat merenungi dirinya, perbuatannya, dan lingkungannya dengan mengaitkannya dengan isi bacaan yang baru disimaknya.
4. Refleksi.

Kegiatan Lain
Di samping pada prosedur-prosedur kegiatan di atas, para peserta didik juga dapat dipajankan pada kegiatan-kegiatan lain seperti: pembacaan puisi, perenungan/tafakur, menjumpai tokoh, tutorial, ceramah, dan lain-lain. Setelah prosedur-prosedur itu dijalankan, tidak-boleh tidak, para peserta diajak melakukan refleksi.

Refleksi
Dalam konteks ini, refleksi adalah menyelami kembali kegiatan-kegiatan yang sudah dijalankan untuk memeroleh kesan psikhis yang lebih mendalam dan menyampaikan kesan yang diperolehnya kepada sesam peserta dan kepada instruktur dengan maksud perolehan tersebut juga dapat dirasakan oleh sesame peserta. Peserta yang mngungkapkan perasaanya akan merasa lebih tenang dan terkesan lebih mendalam dan peserta yang mendengarkannya akan memperoleh pengalaman baru atau akan memverifikasi pengalaman yang diperolehnya dengan pengaman yang disimaknya. Komentar instruktur sangat diperlukan agar proses berbagi pengalaman sesame peserta dapat berjalan optimal atau, paling tidak, tidak menyimpang dari tujuan pemberian pengalaman maupun tujuan refleksi.
Prosedur refleksi dilakukan dengan mengumpulkan peserta pada tempat tertentu (sebaiknya tertutup dan kedap suara), mengajaknya berdiri (atau duduk di lantai) melingkar dan agak merapat. Setelah setiap peserta ambil posisi dan tenang (hening), sang instruktu mengingatkan tujuan pemajanan terhadap pengalaman yang baru saja dilakukan, misalnya: tujuan ziarah kubur atau kunjungan kepada tokoh. Dengan menyelami penjelasan instruktur, diharapkan para peserta dapat memanggil kembali pengalamannya dari dalam ingatannya. Para peserta diminta dapat menceritakan perasaan atau kesan mereka pesada para peserta lain. Ingat, yang diungkapkan hanya kesan atau perasaan saja, bukan komentar macam-macam. Selesai satu orang, instruktur diharapkan dapat memancing peserta lain mengungkapkan perasaan dan kesan yang diperolehnya. Refleksi diakhiri dengan ungkapan-ungkapan mutiara, puisi, lagu nasyid, atau (lebih utama) pembacaan ayat-ayat suci yang berhubungan dengan konteks yang sedang terjadi.
Refleksi dapat dilakukan dengan beberapa variasi sepanjang sesuai dengan tujuan. Perbedaan usia dan kematangan peserta akan sangat mempengaruhi bentuk variasi refleksi.
Wallaahu a’lam bissawab.

Tidak ada komentar: