Rabu, 12 September 2007

KEGIATAN KHUSUS RAMADHAN

Oleh: Ikhsanudin
Ketua Majlis Pendidikan Kader
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat

Mukadimah
Pada dasarnya kegiatan pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Hal tersebut didasarkan pada premis bahwa pendidikan berlangsung sepanjang hayat.
Namun, datangnya bulan Ramadhan menjadi sangat istimewa bagi umat Islam, khususnya bagi para pendidik di sekolah-sekolah bernafaskan Islam, seperti sekolah-sekolah Muhammadiyah. Telah beberapa tahun ini, seiring dengan adanya paradigma baru dalam pendidikan di Indonesia yang tercermin di dalam UU Sisdiknas, Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah meliburkan sekolah-sekolahnya dari aktifitas pelajaran formal dan menggantinya dengan kegiatan-kegiatan pembinaan ketaqwaan secara khusus.

Berbeda
Penghususan kegiatan Ramadhan ini, dalam arti benar-benar dipisahkan dari kegiatan formal rutin, dapat dimengerti karana beberapa hal berikut.
1. Bobot afektif dan spiritual dalam kegiatan formal biasa sangat minimal. Kegiatan tertumpu pada pengembangan pengetahuan dan sedikit ketrampilan, terbukti dengan materi, metode penyajian, dan evaluasi.
2. Situasi Ramadhan sangat berbeda dari situasi bulan-bulan lain.
3. Ajaran Islam memberikan perhatian sangat khusus pada pendidikan di bulan Ramadhan.
4. Kigiatan Ramadhan hanya berlangsung beberapa hari dan sering disebut “kilat” atau accelerated atau quantum learning. Kegiatan kilat jangan hanya dari segi waktu melainkan juga bermakna terpacu atau dapat mengakibatkan perubahan besar dalam waktu singkat.

Beberapa Penekanan
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, sebaiknya diadakan penekanan-penekanan khusus pada hal-hal berikut.
1. Bobot pendidikan Ramadhan hendaknya diletakkan pada sikap dan spiritualitas, kira-kira 90%, sisanya pada pengetahuan dan ketrampilan.
2. Baik murid, penyelenggara, instruktur, maupun nara sumber hendaknya menyelam (immerse) bersama dalam situasi Ramadhan yang kental. Setiap insan yang terlibat hendaknya bersama-sama belajar dan mengembangkan diri dan tidak ada yang berpretensi bahwa dirinya lebih baik dari yang lain serta memposisikan dirinya menjadi sumber pelajaran.
3. Suasan Ramadhan diciptakan sedemikian rupa menjadi kehidupan baru yang dijalani bersama, bukannya hanya sekadar kegiatan yang dianggap beban dan harus segera diakhiri.
4. Kegiatan hendaknya bertumpu pada proses bukan pada produk. Oleh karena itu, pengekspresian pengalaman belajar dalam setiap tahap harus dilakukan, misalnya dengan sharing sesama peserta dengan panduan instruktur yang dapat dilakukan melalui teknik refleksi. Diyakini oleh para ahli accelerated learning atau quantum learning bahwa pemerolehan pelajaran atau perubahan struktur kognitif saat belajar justeru terjadi secara bawah sadar. Kamampuan-kemampuan bawah sadar jauh lebih besar daripada kemampuan yang disadari. Banyak hadis menganjurkan pentingnya niat dan pengamalan. (lihat juga karya-karya Jean Piaget, Lev Vygotsky, maupun Sigmun Freud).

Setting
Sekadar memperjelas, yang saya maksud dengan setting adalah hal-hal mengenai pemeranan. Ringkasnya adalah sebagai berikut.
1. Penyelenggara bertanggungjawab atas keberhasilan, dari perencanaan sampai dengan evaluasi, kegiatan Ramadhan, termasuk menangani masalah-masalah yang timbul beserta pemecahannya.
2. Apabila sebuah sekolah menyelenggarakan kegiatan dengan banyak peserta yang terbagi dalam beberapa kelompok/klas, setiap klas memiliki minimal seorang instruktur tetap yang hidup dan menyelami atmosfir kegiatan bersama-sama murid-muridnya selam 24 jam dalam sehari. Instruktur tersebut tidak boleh diberi tugas lain atau dengan sengaja menggalkan tanggungjawabnya untuk keperlluan lain. Tugas pokok instruktur adalah mengamati dan belajar bersama para murid (bukan sekadar membentuk kepribadian para murid) dengan dilengkapi berbagai instrument yang diperlukan, seperti daftar hadir, diary, anecdotal record, lembar penilaian, dan sebagainya.
3. Untuk menjalankan tugasnya, seorang instruktur dapat dibantu oleh para nara sumber yang ahli di bidang masing-masing. Para nara sumber tersebut dapat menyajikan materi dengan didamping oleh instruktur. Selanjutnya, agar pelajaran para nara suber efektif, instruktur bersama murid melakukan pendalaman-pendalaman dengan metode-metode yang sesuai. Waktu yang dianggarkan untuk kegiatan pendalaman minimal sama dengan waktu penyajian pelajaran, idealnya adalah dua atau tiga kali lipat. Sekali-lagi, yang didalami terutama pada aspek sikap dan spiritualitas, bukannya pengetahuan dan bukan juga ketrampilan.
4. Para murid bukanlah objek pada kegiatan ini. Mereka mengikuti kegiatan untuk belajar dan bukannya untuk diberi pelajaran. Oleh karena itu, yang dilakukannya bukanlah menerima atau menyerap pelajaran melainkan mengembangkan sikap dan spiritualitas mereka. Jadi, fasilitas belajar, materi, dan sejenisnya harus dipersiapkan dengan baik.
5. Pelajaran bukanlah sesuatu yang harus ditelan/diserap sedemikian rupa melainkan sarana mengembangkan diri. Oleh karena itu, materi pelajaran. Oleh karena itu tidak perlu ada kegiatan menulis, dalam arti untuk dihafal atau diingat-ingat karena pelajaran hang harus diingat-ingat sudah terlalu banyak diperoleh dari kegiatan belajar formal. Materi-materi pelajaran utama sebaiknya berkisar: (a) penghayatan terhadap keesaan Allah, kekuasaan Allah, kasih-sayang Allah, dan sejenisnya; (b) penghayatan terhadap dirinya sendiri sebagai khalifah dan sekaligus hamba; (hubungan dirinya dengan lingkungan, seperti dengan alam, dengan orang tua, dengan kawan, dan sebagainya; (c) motivasi mengembangkan diri dan menjadi khalifah dan pengabdi yang baik; (d) kebersihan diri dan lingkungan baik fisikal maupun spiritual; (e) kedisiplinan; (f) kejujuran, setiakawanan, dan kepemimpinan; dan pelajaran-pelajaran lain sejenis.
6. Evaluasi pelajaran tidak mengukur seberapa jauh siswa mengetahui sesuatu melainkan seberapa jauh siswa telah mengalami dan menghayati sesuatu melalui penyusunan portofolio. Portofolio ini penting karena sikap tidak dapat dinilai seketika dan kasat mata. Kita sekadar mampu mengamati dan mengendalikan prosesnya. Hasilnya sebagai produk masih dipengaruhi oleh factor-faktor lain, seperti pengaruh orang tua dan lingkungan lain, yang tidak dapat sepenuhnya dapat terpantau, apalagi terkendalikan.
7. Peranan teknik/prosedur dalam kaitan ini menjadi sangat penting daripada pada kegiatan Ramadhan konvensional. Prosedur-posedur yang digunakan harus bertumpu kepada kegiatan murid agar mereka dapat berkembang. Secara lebih lengkap, prosedur-prosedur yang perlu diperhatikan perlu dikaji secara lebih khusus. Wallaahualam Bissawab. خ

Tidak ada komentar: